Nahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), atau yang lebih dikenal dengan NU, adalah sebuah organisasi Islamterbesar di Indonesia. Sejarah hari lahir NU terjadi 93 tahun silam, tepatnya tanggal 31 Januari 1926. Pendirian NU digagas para kiai ternama dari Jawa Timur, Madura, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, yang menggelar pertemuan di kediaman K.H. Wahab Chasbullah di Surabaya. Organisasi ini bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Keberadaan organisasi Nahdlatul 'Ulama (NU) merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan
tradisi keagamaan yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal
Jamaah. Selain itu, sebagaimana organisasi-organisasi pribumi lain yang
lahir di masa penjajahan, pada dasarnya merupakan perlawanan terhadap para penjajah
yang mengekspoitasi Nusantara. Berdirinya NU merupakan kebangkitan kesadaran
sosial kebangsaan yang ditampakkan dalam wujud gerakan organisasi dalam
menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam umumnya.
Embrio lahirnya organisasi NU juga berangkat dari sejarah
pembentukan Komite Hijaz. Problem keagamaan global yang dihadapi para ulama
pesantren saat itu ialah ketika Dinasti Saud di Arab Saudi berkeinginan
membongkar makam baginda Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu makam baginda Nabi Muhammad SAW menjadi tujuan
ziarah seluruh Muslim di dunia yang menurut dinasti Saud di Arab Saudi dianggap
bid’ah. Selain itu, Raja Saud juga ingin menerapkan kebijakan untuk menolak
praktik bermazhab di wilayah kekuasaannya. Karena ia hanya ingin menerapkan
Wahabi sebagai mazhab resmi kerajaan.
Rencana kebijakan tersebut kemudian dibawa ke Muktamar
Dunia Islam (Muktamar ‘Alam Islami) di Makkah. Bgai ulama pesantren, sentimen
anti-mazhab yang cenderung puritan dengan berupaya memberangus tradisi dan
budaya yang berkembang di dunia Islam menjadi ancaman bagi kemajuan peradaban
Islam itu sendiri.
Choirul Anam (2010) mencatat bahwa KH Abdul Wahab
Chasbullah bertindak cepat ketika umat Islam yang tergabung dalam Centraal
Comite Al-Islam (CCI)--dibentuk tahun 1921--yang kemudian bertransformasi
menjadi Centraal Comite Chilafat (CCC)—dibentuk tahun 1925--akan mengirimkan
delegasi ke Muktamar Dunia Islam di Makkah tahun 1926.
Sebelumnya, CCC menyelenggarakan Kongres Al-Islam keempat
pada 21-27 Agustus 1925 di Yogyakarta. Dalam forum ini, Kiai Wahab secara cepat
menyampaikan pendapatnya menanggapi akan diselenggarakannya Muktamar Dunia
Islam. Usul Kiai Wahab antara lain: “Delegasi CCC yang akan dikirim ke Muktamar
Islam di Makkah harus mendesak Raja Ibnu Sa’ud untuk melindungi kebebasan
bermazhab. Sistem bermazhab yang selama ini berjalan di tanah Hijaz harus tetap
dipertahankan dan diberikan kebebasan”.
Kiai Wahab beberapa kali melakukan pendekatan kepada para
tokoh CCC yaitu W. Wondoamiseno, KH Mas Mansur, dan H.O.S Tjokroamonoto, juga
Ahmad Soorkatti. Namun, diplomasi Kiai Wahab terkait Risalah yang berusaha
disampaikannya kepada Raja Ibnu Sa’ud selalu berkahir dengan kekecewaan karena
sikap tidak kooperatif dari para kelompok modernis tersebut.
Hal ini membuat Kiai
Wahab akhirnya melakukan langkah strategis dengan membentuk panitia tersendiri
yang kemudian dikenal dengan Komite Hijaz pada Januari 1926. Pembentukan Komite
Hijaz yang akan dikirim ke Muktamar Dunia Islam ini telah mendapat restu KH
Hasyim Asy’ari.
Perhitungan sudah matang dan izin dari KH Hasyim Asy’ari
pun telah dikantongi. Maka pada 31 Januari 1926, Komite Hijaz mengundang ulama
terkemuka untuk mengadakan pembicaraan mengenai utusan yang akan dikirim ke
Muktamar di Mekkah. Para ulama dipimpin KH Hasyim Asy’ari datang ke Kertopaten,
Surabaya dan sepakat menunjuk KH Raden Asnawi Kudus sebagai delegasi Komite
Hijaz.
Namun setelah KH Raden Asnawi terpilih, timbul pertanyaan
siapa atau institusi apa yang berhak mengirim Kiai Asnawi? Maka lahirlah
Jam’iyah Nahdlatul Ulama (nama ini atas usul KH Mas Alwi bin Abdul Aziz) pada
16 Rajab 1344 H yang bertepatan dengan 31 Januari 1926 M.
Riwayat-riwayat tersebut berkelindan satu sama lain, yaitu
ikhtiar lahir dan batin. Peristiwa sejarah itu juga membuktikan bahwa NU
lahir tidak hanya untuk merespons kondisi rakyat yang sedang terjajah,
problem keagamaan, dan problem sosial di tanah air, tetapi juga menegakkan
warisan-warisan kebudayaan dan peradaban Islam yang telah diperjuangkan oleh
Nabi Muhammad dan para sahabatnya.
Tepat pada 31 Januari 2021, Nahdlatul Ulama berusia 95
tahun dalam hitungan tahun masehi. Sedangkan pada 16 Rajab 1441 , NU
menginjak umur 97 tahun. Selama hampir satu abad tersebut, NU sejak awal
kelahirannya hingga saat ini telah berhasil memberikan sumbangsih terhadap
kehidupan beragama yang ramah di tengah kemajemukan bangsa Indonesia. Setiap
tahun, Harlah NU diperingati dua kali, 31 Januari dan 16 Rajab. (dr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar